Pesawat Hilang Belum Ditemukan
Sabtu, 25 Agustus 2012 10:00 WIB
Metrotvnews.com, Kutai Timur:Pesawat survei milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain bernomor registrasi PK-IWH yang hilang kontak dan diduga jatuh di Gunung Pilar Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur, hingga Sabtu (25/8) siang, belum ditemukan.
"Tim SAR yang menempuh jalan kaki dari jalan Poros Sangatta-Bontang sejak kemarin (24/8) sudah di lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat sejak semalam," kata Kabid Perhubungan Udara Dinas Perhubungan Kalimantan Timur (Kaltim) Hasbi.
Hingga hari ini (25/8) pukul 10.55 WITA, helikopter yang turut mencari juga terus melakukan pemantauan mengenai perkembangan Tim SAR dalam melakukan pencarian. Pemantauan dilakukan melalui Bandara Temindung Samarinda.
Hal ini dilakukan karena tidak mungkin pihaknya turut serta ke lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat. Sebab, lokasinya sangat jauh dan harus berjalan kaki sekitar 20 kilometer dari jalan Poros Sangatta-Bontang, tepatnya di kilometer 31 sehingga tugas itu dipercayakan kepada Tim SAR.
Pesawat survei tersebut berpenumpang tiga orang yang salah satunya adalah warga negara Australia.
Tiga penumpang adalah Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor dengan nama Jandri Hendrizal, dan pendamping dari Kementerian Pertahanan RI Kapten Suyoto.
Pesawat tersebut berencana melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang. Namun, setelah lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat pukul 07.51 WITA, kemudian dilaporkan kehilangan kontak pagi itu juga pada pukul 08.04 WITA.
Selanjutnya pada Jumat sekitar pukul 13.51 WITA pesawat itu dinyatakan hilang. Pesawat tersebur direncanakan terbang selama empat jam dan dijadwalkan kembali ke Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 WITA dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam.
Dari Bandara Temindung Samarinda menuju Bontang, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki, selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat itu akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Berdasarkan perkembangan terakhir, pesawat tersebut sempat terdeteksi citra satelit milik Singapura pada Jumat pukul 14.00 WITA masih bergerak. Namun kondisi bahan bakar kritis atau crital time.(Ant/TII)
"Tim SAR yang menempuh jalan kaki dari jalan Poros Sangatta-Bontang sejak kemarin (24/8) sudah di lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat sejak semalam," kata Kabid Perhubungan Udara Dinas Perhubungan Kalimantan Timur (Kaltim) Hasbi.
Hingga hari ini (25/8) pukul 10.55 WITA, helikopter yang turut mencari juga terus melakukan pemantauan mengenai perkembangan Tim SAR dalam melakukan pencarian. Pemantauan dilakukan melalui Bandara Temindung Samarinda.
Hal ini dilakukan karena tidak mungkin pihaknya turut serta ke lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat. Sebab, lokasinya sangat jauh dan harus berjalan kaki sekitar 20 kilometer dari jalan Poros Sangatta-Bontang, tepatnya di kilometer 31 sehingga tugas itu dipercayakan kepada Tim SAR.
Pesawat survei tersebut berpenumpang tiga orang yang salah satunya adalah warga negara Australia.
Tiga penumpang adalah Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor dengan nama Jandri Hendrizal, dan pendamping dari Kementerian Pertahanan RI Kapten Suyoto.
Pesawat tersebut berencana melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang. Namun, setelah lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat pukul 07.51 WITA, kemudian dilaporkan kehilangan kontak pagi itu juga pada pukul 08.04 WITA.
Selanjutnya pada Jumat sekitar pukul 13.51 WITA pesawat itu dinyatakan hilang. Pesawat tersebur direncanakan terbang selama empat jam dan dijadwalkan kembali ke Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 WITA dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam.
Dari Bandara Temindung Samarinda menuju Bontang, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki, selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat itu akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Berdasarkan perkembangan terakhir, pesawat tersebut sempat terdeteksi citra satelit milik Singapura pada Jumat pukul 14.00 WITA masih bergerak. Namun kondisi bahan bakar kritis atau crital time.(Ant/TII)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar