http://m.kaskus.co.id/thread/5255370e3dcb175318000008/ini-kecanggihan-radar-buatan-indonesia/1
Ini Kecanggihan Radar Buatan Indonesia
*****rate 5 dulu dong gan..
di jamin ga bakal
Denpasar - Radar ADS-B (Automatic Dependent Surveillance Broadcasting) buatan Indonesia yang canggih dipercaya amankan KTT APEC, Nusa Dua Bali.
Quote:
Menurut Business and Management Consultant Asia Star, Wakijan, radar ADS-B dikembangkan oleh Asia Star bekerjasama dengan MPG Grup.
Radar buatan Indonesia ini cukup istimewa karena mampu memonitor pergerakan pesawat mulai dari pesawat start engine (transponder ON) sampai mendarat dan kembali ke apron (transponder OFF).
"Dan semua data text serta tampilan 3D (3 dimensi) lengkap dengan grafik dan koordinatnya sehingga semua penerbangan dapat tercatat dan terekam secara dokumen (text) dan visual (video)," terangnya kepada inilah..com, Sabtu (05/10/2013).
Radar ini, lanjutnya, sangatlah berguna dalam mengatur arus lalu lintas dirgantara yang cukup ramai selama KTT APEC di Bali. Terbukti beberapa kali petugas Airnav (Air Navigation) Indonesia memonitor sejumlah pesawat delegasi luar negeri melalui radar ADS-B. "Pesawat yang membawa pejabat penting luar negeri, sudah bisa kita monitor dari jauh. Laporannya cukup akurat dan komplit," paparnya.
Hari ini, ungkap Wakijan, beberapa pesawat asing yang sudah landing diantaranya berasal dari Papua Nugini, Taiwan, China, Meksiko dan Hongkong. Sedangkan delegasi Rusia belum Nampak. Dijadwalkan besok.
Keunggulan lainnya, terang Wakijan, radar ADS-B ini menyediakan cadangan atau back up satu unit kepada pembeli atau pemakainya. Apabila radar induk mengalami trouble maka radar cadangan bisa menggantikan fungsinya secara otomatis.
"Jadi, operasional radar lebih terjamin ready setiap saat. Selain itu, penggunaan radar ADS-B tidak perlu alat bantu di pesawat yang harganya mahal," tukasnya.
ga ada rincian sih alatnya seperti apa.. mungkin kira" seperti ini??
ga nolak
Sumber
di jamin ga bakal
Spoiler for bukti
Denpasar - Radar ADS-B (Automatic Dependent Surveillance Broadcasting) buatan Indonesia yang canggih dipercaya amankan KTT APEC, Nusa Dua Bali.
Quote:
Menurut Business and Management Consultant Asia Star, Wakijan, radar ADS-B dikembangkan oleh Asia Star bekerjasama dengan MPG Grup.
Radar buatan Indonesia ini cukup istimewa karena mampu memonitor pergerakan pesawat mulai dari pesawat start engine (transponder ON) sampai mendarat dan kembali ke apron (transponder OFF).
"Dan semua data text serta tampilan 3D (3 dimensi) lengkap dengan grafik dan koordinatnya sehingga semua penerbangan dapat tercatat dan terekam secara dokumen (text) dan visual (video)," terangnya kepada inilah..com, Sabtu (05/10/2013).
Radar ini, lanjutnya, sangatlah berguna dalam mengatur arus lalu lintas dirgantara yang cukup ramai selama KTT APEC di Bali. Terbukti beberapa kali petugas Airnav (Air Navigation) Indonesia memonitor sejumlah pesawat delegasi luar negeri melalui radar ADS-B. "Pesawat yang membawa pejabat penting luar negeri, sudah bisa kita monitor dari jauh. Laporannya cukup akurat dan komplit," paparnya.
Hari ini, ungkap Wakijan, beberapa pesawat asing yang sudah landing diantaranya berasal dari Papua Nugini, Taiwan, China, Meksiko dan Hongkong. Sedangkan delegasi Rusia belum Nampak. Dijadwalkan besok.
Keunggulan lainnya, terang Wakijan, radar ADS-B ini menyediakan cadangan atau back up satu unit kepada pembeli atau pemakainya. Apabila radar induk mengalami trouble maka radar cadangan bisa menggantikan fungsinya secara otomatis.
"Jadi, operasional radar lebih terjamin ready setiap saat. Selain itu, penggunaan radar ADS-B tidak perlu alat bantu di pesawat yang harganya mahal," tukasnya.
Spoiler for foto
ga ada rincian sih alatnya seperti apa.. mungkin kira" seperti ini??
ga nolak
Sumber
:|
mudah2an gk cma dr segi radar saja, klo bisa dr segala aspek
Yg jadi pertanyaan, jangkauannya berapa mil?
bagus lah klo begitu gan
keren gan indonesia bisa buat radar :
mantab gan inovasi nya anak bangsa. bikin bangga
kalo ada pict nya lebih mantep lagi gan,but nice info.semoga makin kedepan indonesia makin maju :
semoga semakin berkembang teknologi buatan indo
semoga dilirik dan didukung pemerintah biar bisa dikembangkan lagi
Wah hebat
Canggih neeh bisa deteksi f35 gak ya?....
horrreeee
Patut banggalah
Quote:Original Posted By Muntoha007 ►
mudah2an gk cma dr segi radar saja, klo bisa dr segala aspek
mungkin harus 1-1 gan.. kalo lngsung smua kan berat
Quote:Original Posted By windik ►
Canggih neeh bisa deteksi f35 gak ya?....
wah mungkin bisa gan.. dia kan pake sistim canggih (halah... )
Quote:Original Posted By hervianozta27th ►
Patut banggalah
jelas dong gan.. harus itu..
mudah2an gk cma dr segi radar saja, klo bisa dr segala aspek
mungkin harus 1-1 gan.. kalo lngsung smua kan berat
Quote:Original Posted By windik ►
Canggih neeh bisa deteksi f35 gak ya?....
wah mungkin bisa gan.. dia kan pake sistim canggih (halah... )
Quote:Original Posted By hervianozta27th ►
Patut banggalah
jelas dong gan.. harus itu..
ini sih super cangih klo bisa mendeteksi pesawat mulai dari pesawat nyalain mesin
wow mantap canggih ya gan
indonesia bakal calon jadi negara maju kayaknya
wew, canggih juga yaak
semoga dibidang laen juga canggih
semoga dibidang laen juga canggih
Hebat kalau buatan negeri sendiri.....untungnya ada yg masih bisa dibanggakan dari negeri ini
weeeeee jos gandos...sebenere SDM Indonesia tu pinter..terbukti dari hasil karya anak bangsa yg g kalah dengan bangsa lain...cm syang pemerintah kadang menyia-nyiakan mereka, sehingga sebagian lari keluar negeri
semoga bisa berlanjut di bidang apapun penemuannya..
jgn sampai di sini aja penemuannya
jgn sampai di sini aja penemuannya
Radar ADS-B Buatan Indonesia
Dear Agan2 semua...
untuk dapat mengetahui bentuk dan dimensi atas Radar ADS-B buatan Indonesia yang turut membantu mensukseskan acara akbar KTT APEC 2013 dapat mengunjungi alamat blogs di: www.inovasitinggi.blogspot.com atau di web: www.inovasitinggi.com namun untuk web masih dalam tahap development jadi belum lengkap..
Terima kasih kepada rekan-rekan dan semua yang terkait
Salam Inovasi dan Kreasi untuk Negeri...
untuk dapat mengetahui bentuk dan dimensi atas Radar ADS-B buatan Indonesia yang turut membantu mensukseskan acara akbar KTT APEC 2013 dapat mengunjungi alamat blogs di: www.inovasitinggi.blogspot.com atau di web: www.inovasitinggi.com namun untuk web masih dalam tahap development jadi belum lengkap..
Terima kasih kepada rekan-rekan dan semua yang terkait
Salam Inovasi dan Kreasi untuk Negeri...
Press Release
Radar Buatan
Indonesia Turut Sukseskan KTT APEC 2013
Radar ADS-B (Automatic Dependent
Surveillance Broadcasting) buatan Indonesia turut membantu mengamankan dan
mensukseskan pelaksaan KTT APEC (Asia Pacific Economy Cooperation) 2013 di Bali.
Asia Star Services sebagai produsen Radar ADS-B berinisiatif
untuk membantu kelancaran dan suksesnya acara KTT APEC 2013 di Bali dengan
memasang serta mengoperasikan radar yang canggih ini.
Lalu lintas udara di Bali mulai H-2
KTT APEC, cukup ramai. Karena para pemimpin negara yang menjadi tamu KTT APEC
(Asia Pacific Economy Cooperation) berdatangan. Radar canggih menjadi solusi.
Arus lalu lintas udara di Pulai Dewata, cukup padat. Sedikitnya
terdapat 30 pesawat undangan KTT APEC yang landing di Bandara International
Ngurai Rai, per jam. Sedangkan tiap menitnya bisa satu pesawat yang mendarat.
Untuk KTT APEC, Bandara Ngurah Rai melakukan sistem buka tutup.
Pada saat pengajuan pemasangan Radar ini, proses yang lumayan
sulit, namun berkat dari Tuhan mendapat jalan dan diterima untuk di tempatkan
pada Posko Satgas Udara PAM VVIP KTT APEC 2013.
Pada saat Radar ADS-B ini telah
terpasang di Posko Satgas Udara, pihak Airnav Indonesia sempat mengunjungi dan
melihat cara kerja Radar, dan tidak banyak bicara menyatakan kagum, hingga
meminta jika bisa Radar dapat dipindahkan ke Posko Airnav Indonesia dan
Otoritas Bandara di kawasan gedung terminal, namun untuk memindah Radar ke
Posko Airnav Indonesia dan Otoritas Bandara, yang memberikan ijin bukan dari
pemyedia Radar, melainkan harus meminta ijin kepada Panglima Komando Sektor II
(PANGKOSEK II) yang telah memberikan ijin untuk memasanag Radar di ruangan
Satgas Udara PAM VVIP KTT 2013, tutur Wakijan selaku Direktur Asia Star kepada
petugas dari Airnav Indonesia dan Otoritas bandara.
Kami bahagia sekaligus bangga. Karena, kami mampu melakukan
develop dan mengintegrasikan radar ADS-B
dengan tampilan 3D (3 dimensi) dilengkapi dengan info cuaca secara online dan
Airways Route (rute jalur penerbangan). Selama ini, radar kan banyak impor.
Ketika ada trouble, tak bisa cepat diselesaikan. Alhasil, mengganggu sejumlah
jadwal penerbangan di tanah air,"
Menurut Direktur Asia Star, Wakijan, radar ADS-B
dikembangkan oleh Asia Star. Radar buatan Indonesia ini cukup istimewa karena
mampu memonitor pergerakan pesawat mulai dari pesawat start engine (transponder
ON) sampai mendarat dan kembali ke apron (transponder OFF) diantaranya:
1)
Taxi
2)
Take off
3)
Rate of
climb
4)
Climb of
graphic
5)
Refresh
rate per 2 (dua) detik untuk tampilan 2 dimensi
6)
Refresh rate
per 3 (tiga) detik untuk tampilan 3 dimensi
7)
Heading
8)
Altitude
9)
Speed
10)
Dapat
menampilkan data pesawat (route, registration, ownership, type, series, airport origin & destination, transponder
code).
11)
Membuat
laporan dan merekam pesawat apa saja yang melintas dalam jangkauan radar walau
tidak muncul pada tampilan layar monitor berupa text dokumen yang dapat
otomatis dikirim kepada siapa saja yang berkompeten setiap jam 24:00
12) Dapat merekam dalam bentuk video
13)
Dapat
melihat hanya satu pesawat (flight following)
14)
Dapat melihat hanya pesawat
milik perusahaan tertentu saja
15)
Dapat
melihat seluruh pesawat yang melintas diwilayah udara kita dalam jangkauan
antenna ADS-B
16)
Dapat di
integrasikan seluruh wilayah udara Indonesia dengan hanya melihat dari satu
tempat saja
17) Dapat digunakan sebagai cadangan
radar pemandu lalulintas pesawat udara (secondary Radar ATC)
Radar
ADS-B ini juga dilengkapi dengan info laporan cuaca (weather info) dengan
tampilan 3D guna memudahkan controller untuk mengarahkan pesawat udara, tutur
Wakijan, data cuaca yang ditampilkan adalah diantaranya sebagai berikut:
1)
Ketinggian
awan
2)
Terdapat
halilintar/petir (thunderstorm)
3)
Terjadi
turbulence
4)
Arah angin
5)
Kecepatan
angin
6)
Icing
7)
Serta data
lain yang terkait
Pada
tampilan 3D lengkap dengan type dan seri pesawat yang real hingga color scheme
dan registrasi asli pesawat yang sedang terbang, kata Wakijan, semua data text serta tampilan 3D (3 dimensi)
lengkap dengan grafik dan koordinatnya sehingga semua penerbangan dapat
tercatat dan terekam secara dokumen (text) dan visual (video) yang dapat
dilakukan playback setiap saat jika diperlukan.
Radar
ini, lanjutnya, sangatlah berguna dalam memonitor pergerakan pesawat udara yang
cukup ramai selama KTT APEC di Bali. Terbukti beberapa kali petugas Airnav (Air
Navigation) Indonesia melakukan monitoring menggunakan Radar ini untuk melihat pergerakan sejumlah pesawat
delegasi luar negeri melalui radar ADS-B. " Pesawat yang membawa pejabat
penting luar negeri, sudah bisa kita monitor dari jauh. Laporannya cukup akurat
dan komplit," paparnya.
Hari ini (2 hari lalu), ungkap Wakijan, telah semua delegasi sudah datang beberapa pesawat asing yang sudah landing diantaranya berasal dari Papua Nugini, Taiwan, China, Meksiko dan Hongkong. Chili, Peru dan China, Rusia.
Hari ini (2 hari lalu), ungkap Wakijan, telah semua delegasi sudah datang beberapa pesawat asing yang sudah landing diantaranya berasal dari Papua Nugini, Taiwan, China, Meksiko dan Hongkong. Chili, Peru dan China, Rusia.
Keunggulan lainnya, terang Wakijan, radar ADS-B ini
menyediakan cadangan atau back up satu unit kepada pembeli atau pemakainya.
Apabila radar utama mengalami trouble maka radar cadangan bisa menggantikan
fungsinya secara otomatis "Jadi, operasional radar lebih terjamin ready
setiap saat. Selain itu, penggunaan radar ADS-B tidak perlu alat bantu di
pesawat yang harganya mahal,"
Kolonel
Fajar sebagai Asops Satas Pertahanan Udara (SATGAS HANUD PAM VVIP KTT APEC XXI)
dan Kolonel Tri Kurniawan ASKOMLEK (SATGAS HANUD PAM VVIP KTT APEC XXI) di Bali,
menyatakan dengan adanya Radar ADS-B buatan anak bangsa (dalam negeri) ini
sangat membantu, khususnya pesawat yang diluar wilayah udara Indonesia untuk
mengetahui sejak dini keberadaan pesawat tamu Negara tersebut.
Hal ini adalah andil Asia Star Services demi suksesnya
perhelatan akbar ini, seperti diungkapkan Wakijan, Direktur Asia Star Services,
pemasangan radar serta operasional di arena KTT APEC, biayanya ditangung oleh
penyedia jasa sendiri tanpa membebani pihak Panitia KTT APEC 2013.
"Kami ingin sukseskan KTT APEC demi nama baik bangsa.
Apalagi acara ini tujuannya baik, meningkatkan potensi perekonomian kawasan
Asia Pasifik. Selain itu, momentum ini kami manfaatkan untuk uji coba produk
kami," kata dia lewat sambungan telepon.
Wakijan mengakui, keberanian Asia Star Services tidaklah sia-sia. Awalnya, pabrikan peralatan dirgantara itu hanya ingin menguji coba radar ADS-B buatannya. Namun perkembangannya, radar mereka justru menarik minat Airnav (air navigation) Indonesia.
"Di hari kedua, pihak Airnav Indonesia bergabung dengan
kami. Karena, produk kami cukup mudah dan lengkap datanya. Demikian pula
akurasinya," jelasnya.
Berita ini dimuat di portal inilah dot com seperti pada link
dimaksud:
Ini
Kecanggihan Radar Buatan Indonesia -Inovasi Portal Berita
Demikian sekilas tentang Radar ADS-B buatan Indonesia untuk
membantu dan turut mensukseskan acara KTT APEC 2013.
Denpasar, 7 Oktober 2013
Tertanda,
(WAKIJAN,
Sab)
Direktur
Asia Star Services
Email: wakijan99@gmail.com
– wakijanp@aol.com
Cell: +62811 945094 - +62878 5171 9492
Ini Kecanggihan Radar Buatan Indonesia
ist
INILAH.COM, Denpasar - Radar ADS-B (Automatic Dependent Surveillance Broadcasting) buatan Indonesia yang canggih dipercaya amankan KTT APEC, Nusa Dua Bali.
Menurut Business and Management Consultant Asia Star, Wakijan, radar ADS-B dikembangkan oleh Asia Star bekerjasama dengan MPG Grup.
Radar buatan Indonesia ini cukup istimewa karena mampu memonitor pergerakan pesawat mulai dari pesawat start engine (transponder ON) sampai mendarat dan kembali ke apron (transponder OFF).
"Dan semua data text serta tampilan 3D (3 dimensi) lengkap dengan grafik dan koordinatnya sehingga semua penerbangan dapat tercatat dan terekam secara dokumen (text) dan visual (video)," terangnya kepada INILAH.COM, Sabtu (05/10/2013).
Radar ini, lanjutnya, sangatlah berguna dalam mengatur arus lalu lintas dirgantara yang cukup ramai selama KTT APEC di Bali. Terbukti beberapa kali petugas Airnav (Air Navigation) Indonesia memonitor sejumlah pesawat delegasi luar negeri melalui radar ADS-B. "Pesawat yang membawa pejabat penting luar negeri, sudah bisa kita monitor dari jauh. Laporannya cukup akurat dan komplit," paparnya.
Hari ini, ungkap Wakijan, beberapa pesawat asing yang sudah landing diantaranya berasal dari Papua Nugini, Taiwan, China, Meksiko dan Hongkong. Sedangkan delegasi Rusia belum Nampak. Dijadwalkan besok.
Keunggulan lainnya, terang Wakijan, radar ADS-B ini menyediakan cadangan atau back up satu unit kepada pembeli atau pemakainya. Apabila radar induk mengalami trouble maka radar cadangan bisa menggantikan fungsinya secara otomatis.
"Jadi, operasional radar lebih terjamin ready setiap saat. Selain itu, penggunaan radar ADS-B tidak perlu alat bantu di pesawat yang harganya mahal," tukasnya.[man]
Ini Kecanggihan Radar Buatan Indonesia
ist
INILAH.COM, Denpasar - Radar ADS-B (Automatic Dependent Surveillance Broadcasting) buatan Indonesia yang canggih dipercaya amankan KTT APEC, Nusa Dua Bali.
Menurut Business and Management Consultant Asia Star, Wakijan, radar ADS-B dikembangkan oleh Asia Star bekerjasama dengan MPG Grup.
Radar buatan Indonesia ini cukup istimewa karena mampu memonitor pergerakan pesawat mulai dari pesawat start engine (transponder ON) sampai mendarat dan kembali ke apron (transponder OFF).
"Dan semua data text serta tampilan 3D (3 dimensi) lengkap dengan grafik dan koordinatnya sehingga semua penerbangan dapat tercatat dan terekam secara dokumen (text) dan visual (video)," terangnya kepada INILAH.COM, Sabtu (05/10/2013).
Radar ini, lanjutnya, sangatlah berguna dalam mengatur arus lalu lintas dirgantara yang cukup ramai selama KTT APEC di Bali. Terbukti beberapa kali petugas Airnav (Air Navigation) Indonesia memonitor sejumlah pesawat delegasi luar negeri melalui radar ADS-B. "Pesawat yang membawa pejabat penting luar negeri, sudah bisa kita monitor dari jauh. Laporannya cukup akurat dan komplit," paparnya.
Hari ini, ungkap Wakijan, beberapa pesawat asing yang sudah landing diantaranya berasal dari Papua Nugini, Taiwan, China, Meksiko dan Hongkong. Sedangkan delegasi Rusia belum Nampak. Dijadwalkan besok.
Keunggulan lainnya, terang Wakijan, radar ADS-B ini menyediakan cadangan atau back up satu unit kepada pembeli atau pemakainya. Apabila radar induk mengalami trouble maka radar cadangan bisa menggantikan fungsinya secara otomatis.
"Jadi, operasional radar lebih terjamin ready setiap saat. Selain itu, penggunaan radar ADS-B tidak perlu alat bantu di pesawat yang harganya mahal," tukasnya.[man]
Radar buatan Indonesia ini cukup istimewa karena mampu memonitor pergerakan pesawat mulai dari pesawat start engine (transponder ON) sampai mendarat dan kembali ke apron (transponder OFF).
"Dan semua data text serta tampilan 3D (3 dimensi) lengkap dengan grafik dan koordinatnya sehingga semua penerbangan dapat tercatat dan terekam secara dokumen (text) dan visual (video)," terangnya kepada INILAH.COM, Sabtu (05/10/2013).
Radar ini, lanjutnya, sangatlah berguna dalam mengatur arus lalu lintas dirgantara yang cukup ramai selama KTT APEC di Bali. Terbukti beberapa kali petugas Airnav (Air Navigation) Indonesia memonitor sejumlah pesawat delegasi luar negeri melalui radar ADS-B. "Pesawat yang membawa pejabat penting luar negeri, sudah bisa kita monitor dari jauh. Laporannya cukup akurat dan komplit," paparnya.
Hari ini, ungkap Wakijan, beberapa pesawat asing yang sudah landing diantaranya berasal dari Papua Nugini, Taiwan, China, Meksiko dan Hongkong. Sedangkan delegasi Rusia belum Nampak. Dijadwalkan besok.
Keunggulan lainnya, terang Wakijan, radar ADS-B ini menyediakan cadangan atau back up satu unit kepada pembeli atau pemakainya. Apabila radar induk mengalami trouble maka radar cadangan bisa menggantikan fungsinya secara otomatis.
"Jadi, operasional radar lebih terjamin ready setiap saat. Selain itu, penggunaan radar ADS-B tidak perlu alat bantu di pesawat yang harganya mahal," tukasnya.[man]
http://usum.co/news/read/2013/10/06/radar-buatan-indonesia-amankan-ktt-apec/
Radar Buatan Indonesia Amankan KTT APEC
http://www.fajar.co.id/
BUMN Khusus Menangani Radar Bandara Siap Lahir 16 Januari
Selasa, 08/01/2013 10:42 WIB
Jakarta - Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau Perum Navigasi akan diresmikan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan pada 16 Januari 2013, setelah sempat tertunda dari rencana awal di akhir 2012.
Perum ini bertugas melakukan pengelolaan penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan termasuk sistem radar di bandara-bandara Indonesia. Nantinya, persoalan gangguan pada navigasi di bandara bisa dicegah.
Di 16 Januari 2013, bertempat di Kementerian BUMN lantai 21, Dahlan akan meresmikan dan memperkenalkan jajaran direksi petinggi BUMN yang akan mengatur dan mengelola sistem lalu lintas penerbangan udara di Indonesia ini.
"Tanggal 16 mau dibahas, akan ada perkenalan perum pelayanan navigasi penerbangan Indonesia," tutur Dahlan usai rapat pimpinan di Kantor Pusat WIKA, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (8/1/2013).
Dahlan menjelaskan, untuk jajaran direksi, khususnya posisi direktur utama diambil dari internal Kementerian Perhubungan.
"Sekarang itu dari direktur navigasi Kemenhub, saya anggap mampu, itu diajukan oleh Kemenhub, ternyata dia sangat baik, saya setuju dia jadi dirut," tambahnya.
Dahlan menegaskan, ketika beroperasi, seluruh sistem lalu lintas udara atau air traffic control (ATC) akan berada di bawah satu komando. Bukan seperti saat ini, yang terpisah dan berada di pengaturan PT Angkasa Pura (AP) I dan AP II. Setelah menyatu, akan ada masa transisi untuk penyatuan sistem ATC karena terjadi perbedaan sistem yang ada di antara AP I dan AP II.
"ini akan di-takeover semua, navigasi Indonesia jadi satu. Proses akan makan waktu, nggak bisa cepat," cetus Dahlan.
Perum ini bertugas melakukan pengelolaan penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan termasuk sistem radar di bandara-bandara Indonesia. Nantinya, persoalan gangguan pada navigasi di bandara bisa dicegah.
Di 16 Januari 2013, bertempat di Kementerian BUMN lantai 21, Dahlan akan meresmikan dan memperkenalkan jajaran direksi petinggi BUMN yang akan mengatur dan mengelola sistem lalu lintas penerbangan udara di Indonesia ini.
"Tanggal 16 mau dibahas, akan ada perkenalan perum pelayanan navigasi penerbangan Indonesia," tutur Dahlan usai rapat pimpinan di Kantor Pusat WIKA, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (8/1/2013).
Dahlan menjelaskan, untuk jajaran direksi, khususnya posisi direktur utama diambil dari internal Kementerian Perhubungan.
"Sekarang itu dari direktur navigasi Kemenhub, saya anggap mampu, itu diajukan oleh Kemenhub, ternyata dia sangat baik, saya setuju dia jadi dirut," tambahnya.
Dahlan menegaskan, ketika beroperasi, seluruh sistem lalu lintas udara atau air traffic control (ATC) akan berada di bawah satu komando. Bukan seperti saat ini, yang terpisah dan berada di pengaturan PT Angkasa Pura (AP) I dan AP II. Setelah menyatu, akan ada masa transisi untuk penyatuan sistem ATC karena terjadi perbedaan sistem yang ada di antara AP I dan AP II.
"ini akan di-takeover semua, navigasi Indonesia jadi satu. Proses akan makan waktu, nggak bisa cepat," cetus Dahlan.
SkyTrac Systems Changes Ownership
Kathleen Wallace, founder of Kelowna, BC-based SkyTrac Systems, has sold the company to a group that includes Malachi Nordine, SkyTrac’s current director or product development, Stephen Sorocky and Roynat Equity Partners. Nordine who began working at SkyTrac in 2007, will take over as president of the company under the agreement. Sorocky, currently a board member of the Canadian Commercial Corporate, His past experience includes vice president and general manager at Spar Space Systems and CEO at a number of a number of “high growth” technology firms, according to SkyTrac. SkyTrac equipment is installed on several helicopter platforms, including AgustaWestland, Bell, Eurocopter and Sikorsky variants.
Wah, Dahlan Iskan Kembangkan ATC 3 Dimensi Buatan Lokal
Kamis, 31/05/2012 10:34 WIB
Surabaya - Menteri BUMN Dahlan Iskan menemukan sekelompok anak muda yang menciptakan radar Air Traffic Controller (ATC) 3 dimensi. Dirinya meminta para ahli segera menguji kelayakannya.
Ini terkait uzurnya peralatan Air Traffic Controller (ATC) yang dimiliki bandara di Indonesia saat ini yang rata-rata berumur 15 tahun lebih dan belum diganti.
Menurut Dahlan, ATC yang diciptakan sekelompok pemuda ini tidak hanya mampu melihat posisi pesawat tapi juga mampu melihat kondisi sekitar seperti gunung dan sungai.
"Alat baru ini 3 dimensi, tidak hanya lihat pesawat tapi bisa lihat medan sekitarnya seperti ada gunung dan sungai. Bahkan yang sekarang delay capai 12 detik yang ini hanya 2 detik. Peralatan ATC ini dari anak bangsa. Dari kecanggihannya jauh lebih canggih dari yang sekarang," jelasnya saat ditemui wartawan di Convention Hall Surabaya, Kamis (31/5/2012).
Namun kata Dahlan, radar ATC ciptaan anak bangsa ini masih membutuhkan percaya diri dan tidak boleh dipandang sebelah mata. Ia juga meminta, jika nantinya jadi beli, Dahlan berharap agar dihargai sesuai dengan hasil dan kinerja yang dicapai para pembuat alat tersebut.
"Sebaiknya diuji oleh para ahli dengan ujian yang objektif. Jangan latar belakangnya kalau beli dari anak bangsa murah maka komisinya sedikit, nanti kalau impor dari luar negeri harganya mahal mesti komisinya besar. Jangan begitulah," tegasnya.
Alat ini, kata Dahlan, merupakan ciptaan dari gabungan anak muda yang berlatarbelakang dari pegawai ATC, praktisi, ahli komputer, serta pilot. "Makanya saya ingin itu diuji secara objektif. Kalaui sekarang baru saya yang melihat dan saya bukan ahlinya tidak bisa menilai. Ini sudah jadi bukan prototype," ujarnya.
Ditanya lebih lanjut apakah akan diproduksi secara massal dan akan dibeli? "Diterima dulu oleh para ahli di Indonesia dan itu kewenangan Menteri Perhubungan kalau membeli," pungkas Dahlan.
ADSB NextGen Pikat Insan Perhubungan
Siap Diluncurkan 17 Agustus
JAKARTA, FAJAR -- Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADSB) NextGen, radar pesawat karya anak bangsa yang disupport Institut Lembang Sembilan (IL9), memikat insan perhubungan.
Perangka tersebut dipresentasikan di Lantai 7 Kantor Pelindo II Tanjung Priok, Senin, 4 Juni. Hadir dalam presentase tersebut, Direktur Utama IL9, HM Alwi Hamu, RJ Lino (Direktur Pelindo II), Umar Arsal Alhabsi (Anggota Komisi V DPR RI), Daverius M (Direktur Navigasi Perhubungan Udara), Riswanto (Pusdiklat Merpati), serta beberapa petinggi operator penerbangan dan pelayaran di Indonesia.
Operator penerbangan dan pelayaran yang hadir mengaku tertarik dengan citra tiga dimensi yang ada dalam ADSB NextGen yang dipresentasekan Suresh, seorang anggota tim modifikasi ADSB tersebut.
Direktur Pelindo II, RJ Lino mengungkapkan, pihaknya sengaja mengundang seluruh masyarakat perhubungan, untuk mengetahui cara kerja alat tersebut, sekaligus memberikan masukan untuk penyempurnaanya. Lino sendiri, sudah pernah mengikuti presentase alat tersebut bersama Menteri BUMN, Dahlan Iskan di Grha Lembang 9.
Langkah selanjutnya kata dia, akan dibentuk tim kecil untuk menyempurnakan alat tersebut, sekaligus mengurus sertifikasinya. "Kalau ini dikembangkan, yang untung kita sendiri. Aset kita bisa lebih efisien pengelolaannya, baik efisiensi penggunaan bahan bakar, juga timing. Tugas pelabuhan bagaimana kapal itu bisa lebih singkat di pelabuhan," ungkapnya.
Direktur Utama IL9, HM Alwi Hamu mengatakan, pihaknya tertarik memberikan support kepada anak-anak muda yang memodifikasi alat tersebut. Alasannya, semangatnya adalah untuk keselamatan orang banyak. "Berangkat dari kekhawatiran Chevi Hakim akan kondisi Cengkareng, juga keprihatinan anak bangsa akan kondisi penerbangan dan pelayaran kita, sehingga mereka melakukan kreasi-kreasi, untuk bisa menciptakan pelayaran dan penerbangan yang aman dan terkontrol," ungkapnya.
IL9 lanjut Alwli, sangat mendorong anak bangsa untuk bisa menghasilkan karya yang bagus. Apalagi, sejalan dengan pemikiran Menteri BUMN, Dahlan Iskan, untuk menggunakan produk dalam negeri. Alwi juga meminta masukan kepada masyarakat penerbangan dan pelayaran Indonesia, untuk menyempurnakan alat tersebut. Rencananya, alat ini akan diluncurkan bertepatan dengan 17 Agustus 2012 mendatang.
Riza Fahmi dari Angkasa Pura I mengatakan, pihaknya juga sementara mengembangkan alat serupa, hanya saja belum menggunakan komponen lokal. Fahmi berharap, mereka bisa melakukan kerjasama untuk pengembangan komponen lokalnya.
Demikian pula diungkapkan Pelaksana Sub Dit Kapal Negara Direktorat Kenavigasian, Wahyu Indar Joko. Menurutnya, kesulitan selama ini, masih banyak kapal kita yang di bawah 500 ton yang belum punya Automatic Identification System (AIS), sementara ADSB ini harus menggunakan AIS. Sehingga, Wahyu mengharapkan, ADSB nantinya bisa menyandingkan dengan teknologi pendeteksi kapal yang belum memiliki AIS.
Riswanto dari Merpati sangat tertarik dengan citra tiga dimensi. Menurutnya, selama ini mereka banyak mengandalkan voice. "Data-data alat ini sangat riil. Dengan alat ini, asuransi akan lebih tersenyum menurunkan preminya, karena ada security, ini snagat bagus dikembangkan," jelasnya.
Apresiasi serupa diungkapkan Direktorat Navigasi Penerbangan Dirjen Perhubungan Udara, Tugiono. Menurutnya, kalau alat semacam ini ada di Makassar atau Cengkareng, ini bisa membantu. Karena kata dia, data lebih bagus daripada voice.
"Kami berharap ini bisa dikembangkan, apalagi untuk karya anak bangsa sendiri. Kita jangan dijajah dari teknologi luar. Kita sementara membangun jaringan, dengan alat ini kita bisa direct plane, tidak perlu belok-belok lagi," jelasnya.
Anggota Komisi V DPR RI, Umar Arsal Alhabsi menyampaikan, pada prinsipnya Komisi V sangat konsen terhadap sistem penerbangan yang menunjang zero accident. "Semoga alat ini bisa meyakinkan mitra kami. Kalau bisa menyakinkan mitra kami, kami dari Komisi V akan mensupport, apalagi ini adalah karya anak bangsa," bebernya. (asw/upi)
Kupang Apresiasi ADSB-Service
MAKASSAR, FAJAR -- Sistem pelacakan pesawat berbasis transponder yang diciptakan Institut Lembang Sembilan (iL9) terus mendapat pujian. Kali ini datang dari General Manager Bandara El Tari Kupang, Imam Pramono.
Imam mengaku mengapresiasi sistem kerja Automatic Dependent Survailance Broadcast Service (ADSB-Service) tersebut.
"Sistem ini dibutuhkan di setiap bandara minimal digunakan untuk memonitoring pesawat," kata di Graha Pena, Sabtu 17 Maret.
Sistem canggih ini berfungsi untuk memonitoring lalu lintas pesawat. Alat ini dapat menunjang keselamatan penumpang. Sistem ADSB-Service menjadi sangat penting menyusul maraknya kecelakaan pesawat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Sistem ini diperkenalkan kepada praktisi penerbangan dari sejumlah bandara di Kawasan Timur Indonesia, kemarin. Sures Ferdian dari IL9, tampil mempresentasikan fungsi sistem ADSB-Service tersebut di lantai 19 Graha Pena.
Sures mengatakan salah satu kelebihan sistem ini adalah bisa memantau pergerakan radar yang disebut Survey Movement Radar (SMR) sekaligus sebagai radar cuaca. Tidak hanya itu, sistem ini juga bisa merancang flight plan atau rencana terbang.
Sistem ini telah menjadi acuan dari Federal Aviation and Administration (FAA) dan International Civil Aviation Organization (ICAO).
Direktur Umum iL9, HM Alwi Hamu mengatakan, sistem ADSB-Service bisa diaplikasikan ke bandara-bandara kecil di Tanah Air.
"Ini adalah teknologi yang dibuat oleh anak-anak bangsa. Hasil pemikiran dan rekayasa anak-anak bangsa yang harus dihargai," tambahnya. (yan/sap)
Selasa, 20 Desember 2011 | 01:11:50 WITA | 1856 HITS
JK Usul ADSB ke Bandara Kecil
JAKARTA,FAJAR -- Mantan Wapres Jusuf Kalla (JK) dan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan berkunjung ke kantor Fajar Media Centre (FMC) di Grha Institut Lembang Sembilan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin 19 Desember.
Kedua tokoh nasional ini sengaja datang untuk mendengarkan persentase program ADSB (Automatic Dependent Surveillance Broadcast) yang merupakan kreativitas anak-anak negeri.
ADSB adalah teknologi pendeteksi pesawat melalui transponder di pesawat. Transponder memancarkan sinyal dua kali dalam satu detik. Sedang sistem radar sekarang mengirim sinyal sekali dalam dua detik, tiap pesawat bergerak. Program ini dinilai jauh lebih maju dibanding sistem radar yang selama ini digunakan pada bandara di Indonesia, termasuk bandar udara Soekarno Hatta Cengkareng Jakarta.
Radar Doopler disebut sering bermasalah, terkadang hang. Teknisi perakitan ADSB, Sures, memaparkan bahwa ADSB saat ini merupakan sistem terbaik di dunia. Mengenai data pesawat, ADSB memuat hingga 22 informasi pesawat yang mengudara. Misalnya, nomor registrasi pesawat, tipe pesawat, rute pesawat, ketinggian pesawat, kecepatan, posisi, arah serta informasi lainnya ke stasiun darat dan pesawat lainnya. Informasi ini didapat dari informasi Global Positioning System (GPS). Dalam pemaparan ini, digunakan empat monitor yang menampilkan data penerbangan di bandara internasional Soekarno Hatta Jakarta. Informasi ini diperoleh melalui antena satelit yang terpasang di atap Gedung Institut Lembang Sembilan. Maing-masing monitor menampilkan informasi lalulintas pesawat dalam bentuk data, pesawar dua dimensi, pewasat tiga dimensi, serta tampilan prakiraan cuaca terkini.
Dengan wilayah geografis Indonesia yang luas, belum terjangkau seluruh wilayah dengan radar. Disamping itu, lalu lintas udara yang makin ramai, tercatat mencapai hingga 1000 penerbangan setiap hari. Kondisi ini dinilai mengkhawatirkan sehingga ADSB harus segera diterapkan di Indonesia.
Meneg BUMN Dahlan Iskan terlebih dulu tiba dan mendengarkan persentase program ADSB. Ia terlihat serius menyimak pemaparan dari Sures. Terbukti ia banyak melemparkan pertanyaan, sambil mencatat informasi baru yang ia terima.
Dalam persentase ini, menteri didampingi Komisaris Utama PT Media Fajar HM Alwi Hamu dan Direktur Eksekutif Institut Lembang Sembilan, Rapsel Ali. Selain menanyakan kelebihan Dahlan juga menyinggung mengenai kekurangan-kekurangan yang dimiliki, hingga ia mempertanyakan mengenai sertifikasi program tersebut.
"Saya minta daftar kelemahan-kelemahan dari alat ini dan bagaimana mengatasinya, misalnya mengenai kapasitas atau gangguan cuaca," tutur Dahlan kepada tim teknisi, Sures.
Sures menyatakan bahwa sinyal akan terganggu jika pilot pesawat mematikan transponder yang ada di pesawat. Ini adalah masalah utama penggunaan ADSB, sebab SOP penerbangan mengharuskan pilot mematikan transporder saat akan mendarat karena bising. Bukannya memperkecil volume saja.
Ia kembali menegaskan jika alat ini akan membantu mengontrol padatnya arus lalu lintas udara di kawasan Indonesia agar lebih teratur guna menghindari kecelakaan udara. ADSB juga disebut berpotensi meminimalisasi delay.
Sambil mendengarkan sejumlah penjelasan lain terkait kondisi penerbangan nasional, Dahlan masih tampak mencatat berbagai masalah yang mestinya dibenahi beberapa tahun silam. Setelah itu, ia pun memberi selamat kepada perakit ADSB dan meminta untuk berpose bersama sebelum meninggalkan ruang persentase.
Setelah Meneg BUMN meninggalkan gedung Grha Institut Lembang Sembilan, tak lama kemudian, Jusuf Kalla tiba. Setelah makan siang bersama HM Alwi Hamu dan Rapsel Ali serta tamu lainnya, JK kemudian mendengarkan persentase yang sama.
Tanpa berlama-lama mantan Wapres ini memberikan apresiasi atas adanya sistem penerbangan tersebut. Ia pun mengusulkan agar alat itu, terlebih dulu dicoba pada bandara-bandara kecil, seperti Bandar Udara Tampa Padang Mamuju Sulbar. Karena menurut JK, sulit untuk serta merta mengganti sistem yang ada sekarang di Cengkareng.
"Semua baik, tapi ini menyangkut faktor keselamatan, bukan bagusnya gambar-gambar yang ditampilkan. Bisa sementara dicoba untuk bandara kecil di daerah-daerah. Di daerah menjadiback up saja dulu, nanti juga bisa menjadi yang uttama," sebut JK.
Kepada tim persentase ADSB, JK mengingatkan pentingnya kepercayaan dan tanggung jawab atas apa yang ditawarkan. Apalagi jika hal tersebut menyangkut kepentingan dan keselematan orang banyak.
Ia juga meminta kepada pemilik program ADSB agar dapat lebih berhati-hati, menghindari adanya duplikasi atau pengakuan oleh pihak lain. "Kita takutkan digagalkan oleh yang lain atau gagal saat dicoba,\" imbuhnya.
Diincar Malaysia
Modifikasi teknologi Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADSB) tersebut adalah karya sebelas putra terbaik Indonesia yang tergabung dalam PAS (Produk Anak Semarang).
Alat modern ini sebenarnya sudah diincar perusahaan penerbangan asal Malaysia. Namun dengan alasan nasionalisme, PAS belum mau melepasnya.
Ketua tim PAS, Surya Indra mengakui pihaknya pernah dihubungi perusahaan penerbangan AirAsia. Namun, tim PAS masih yakin menawarkan alat itu ke pemerintah maupun stakeholder penerbangan di Indonesia.
Alat ini dirakit untuk keselamatan penerbangan di tanah air. "Malaysia sebenarnya sudah mengincar alat ini, kami belum mengiyakan, karena menunggu respons dari pemerintah sendiri," jelasnya.
Secara teknis dijelaskan bahwa cara kerja ADSB juga terhubung langsung dengan Flight Management System (FMS), semacam alat yang membuat pesawat terbang secara sistematis. FMS ini memiliki bank data, isinya adalah informasi tentang pesawat yang bersangkutan.
Sedangkan transponder di pesawat, bersifat transmit atau broadcast, jarak broadcastnya 500 nautical miles (NM) dan mengirim frekuensi FMS. Sebelas anggota tim PAS membuat antena untuk menangkap frekuensi tersebut dan menciptakan sebuah decoder, untuk mengubah data frekuensi menjadi data digital yang ditampilkan oleh komputer.
Komputerya ADSB hanya memiliki satu cpu dengan empat monitor LCD. LCD satu dan dua konek dengan antena. LCD 3 menggunakan Google Earth Pro, untuk mapping atau peta dari Google Earth sistemnya konek dengan internet. Sementara untuk melihat posisi pesawat secara tiga dimensi konek dengan antena. Pada monitor ini kita bisa melihat pesawat dengan ketinggian posisi secara jelas.
LCD 4 menyediakan data cuaca menggunakan software Jeppesen yang terhubung langsung dengan internet. Data tersebut kata Surya, didapatkan sekira 30 menit sebelumnya. Sedang penerbangan Indonesia saat ini, menggunakan data dua jam lalu. Data cuaca ini menunjukkan arah angin, kerapatan udara, icing (es), turbulance (angin tak beraturan), dan thunderstorm (petir).
Antena dirakait secara manual dengan menggunakan produk collins. kemudian dikaitkan dengan flat berbentuk parabola besar untuk menangkap sinyal dari pesawat. "Sinyal inilah yang kemudian ditampilkan di empat monitor ini," kata Surya.
Sementara Angkasa Pura saat ini, masih menggunakan sistem manual dalam menghitung maskapai luar negeri yang melintas udara Indonesia. Bahkan dengan system Radar Doppler, pesawat dari luar sering tidak terdeteksi, sehingga melewati udara Indonesia dengan gratis.
Aturan penerbangan Internasional jika pesawat luar negeri melintas di atas udara, maka harus membayar ke Indonesia, begitu juga sebaliknya dengan pesawat Indonesia yang melintas udara Negara luar. (rul/fmc/sil)
Senin, 14 Mei 2012 | 00:14:12 WITA | 488 HITS
Radar ADSB NextGen
Navigasi yang Tepat untuk Keselamatan Penerbangan Indonesia
BERITA TERKAIT:
» | Radar Tetap Terawat |
Indonesia disebut sebagai neraka bagi maskapai penerbangan. Medan yang berat membutuhkan pendeteksian yang akurat. Akurasi itu ditawarkan Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADSB) NextGen yang diciptakan putra-putra Indonesia dari Semarang.
OLEH: ASWAD SYAM
RABU, 9 Mei lalu, topografi Indonesia yang bergunung-gunung dengan jurang yang curam, kembali meminta korban. Sebuah pesawat komersil asal Rusia yang baru diujicobakan untuk terbang di Indonesia, Sukhoi Superjet (SSJ 100), jatuh di kawasan Gunung Salak, Jawa Barat. Burung besi yang dipersiapkan jadi saingan Boeing 747 tersebut, hancur lebur setelah menabrak tebing gunung setinggi 7000 kaki itu.
Pengamat penerbangan yang juga mantan pilot pesawat tempur Indonesia, Basri Sidehabi yang dihubungi, Minggu, 13 Mei berpendapat, pesawat tersebut tidak rusak. Alasannya, jika terjadi kerusakan, pilot biasanya melakukan di-stress call seperti meneriakkan mayday, sehingga tower bisa melakukan keep silent.
Menurut Basri, bisa jadi tabrakan pesawat dengan tebing Gunung Salak tersebut, terjadi karena faktor pilot yang tidak menguasai medan Indonesia, atau petugas Air Traffic Control (ATC) yang tidak bisa membaca screen atau bisa jadi radar yang tidak menampilkan gunung karena daya jangkauannya yang pendek. ATC yang ada di Bandara Halim Perdanakusumah, sebut Basri, daya jangkauannya hanya 30 mil, sementara jarak antara Bandara Halim Perdanakusumah dengan puncak Gunung Salak, 32,93 mil. Setelah di luar jangkauannya, biasanya ATC Halim mengarahkan komunikasi pilot ke ATC Approach di Cengkareng yang jangkauannya 60 mil.
Namun, ATC Approach, juga biasanya sibuk melayani komunikasi dengan pesawat-pesawat komersil yang akan mendarat. Petugas ATC di Bandara Soekarno Hatta hanya 200 orang, padahal idealnya 400 orang. Makanya satu orang petugas ATC, biasanya harus mengurus dua penerbangan.
Selain itu, Bandara Soekarno Hatta dan Halim Perdanakusumah saat ini masih menggunakan AQO atau radar dopler. Harusnya radar tersebut sudah diganti delapan tahun lalu, namun saat ini masih digunakan. Bahkan, di Bandara Ahmad Yani Semarang, radar dopler sama sekali tidak ada. Pegawai ATC bandara setempat, mengetahui posisi pesawat hanya lewat radio komunikasi dengan pilot pesawat.
Saat ini, memang PT Angkasa Pura II sementara mengagendakan untuk membeli alat service movement reader dari luar negeri yang harganya Rp44 miliar. Namun, sistemnya hanya diground saja. Padahal ada alat yang dimodifikasi sebelas orang putra-putra Semarang yang tergabung dalam PT Produk Anak Semarang (PAS), dengan harga yang sepersepuluh lebih rendah, dan selain di ground, juga bisa juga mencitrakan pesawat yang terbang di ketinggian 55 ribu meter.
Ketua tim PAS yang merakit alat tersebut, Surya Indra mengungkapkan, perangkat alat tersebut dinamakan ADSB NextGen. Indra memaparkan, kelemahan radar doppler yang dipakai sekarang ini, memiliki resolusi terbatas, gambar mentah (raw video), hanya dapat menampilkan dua dimensi, sulit menampilkan tiga dimensi, juga sulit membedakan objek yang berdekatan. "Juga hanya mendeteksi objek dari logam, dan jangkauan yang pendek hanya 50 Nautical Miles (NM). Dan lebih parah lagi, bisa salah membaca target karena adanya pancaran sinyal-sinyal palsu," papar Indra.
Indra menambahkan, radar doppler biasanya membaca dua detik satu move, sedangkan ADSB pergerakan bacaannya satu detik satu move dalam dua dimensi. Sedangkan dalam tiga dimensi, ADSB bisa menampilkan pergerakan pesawat lima detik satu move. Radar doppler sendiri saat ini tidak memiliki tampilan tiga dimensi.
Semua pesawat keluaran terbaru, diwajibkan memiliki transponder. Alat ini berfungsi, menerima sinyal dari satelit yang dipancarkan dari pesawat via GPS, sinyal inilah yang ditangkap ADSB NextGen. Sistem ADSB juga mengirit bahan bakar, ketika pesawat berpedoman pada radar doppler, dia biasanya harus berputar-putar hingga kurang lebih satu jam dan menghabiskan bahan bakar sekitar 250 kiloliter. Dengan ADSB, pergerakan pesawat akan terarah dan bisa menghemat hingga bahan bakar yang setara dengan 100 unit mobil.
"Sekarang ini kita fokus ke Jakarta, dan ke depan, kita mau buat interkoneksi Jakarta, Makassar, Maluku, dan Papua," beber Indra.
Dibanding radar doppler, ADSB ini memiliki daya pancar sinyal yang lebih luas. Selain bisa menangkap sinyal pesawat di ketinggian 55 ribu meter, ADSB juga bisa men-cover sinyal pesawat pada luasan 600 kilometer. Kapasitas penyimpanan data bisa 15 tahun karena memiliki kapasitas memory sekitar 10 terabyte. Alat ini pernah diincar oleh maskapai penerbangan milik Malaysia, AirAsia, hanya saja, dengan alasan nasionalisme, pihak PAS masih menawarkan ke pemerintah Republik Indonesia.
Anggota Komisi V DPR RI yang membidangi perhubungan, Malkan Amin dikonfirmasi terpisah kemarin mengungkapkan, masa sidang akan mulai dibuka Senin, 14 Mei hari ini. Dalam jangka waktu 3 x 24 jam setelah masa sidang dimulai, komisinya akan segera memanggil komponen yang terkait dengan penerbangan.
Mereka akan meminta keterangan secara jujur mengenai kondisi alat navigasi penerbangan di Indonesia. "Selama ini, kita mensupport anggaran ke Kemenhub, juga dukungan ke Angkasa Pura. Tapi teknologi itu kan tidak pernah cukup, teknologi penerbangan itu sangat cepat. SSJ 100 itu kan pesawat tercanggih saat ini, makanya kami ingin tahu apakah teknologi navigasi kita saat ini sudah update dengan teknologi penerbangan internasional," ujarnya. (*/sil)
Jumat, 16 Desember 2011
Deteksi Pesawat dari Landing hingga Take Off
BERITA TERKAIT:
» | Sudah Diincar Perusahaan Penerbangan Malaysia |
Alat ini membuat pergerakan pesawat lebih terarah dan bisa menghemat bahan bakar.
Laporan: Aswad Syam, Jakarta
MUSIBAH kehilangan jejak AdamAir di perairan Majene, juga pesawat Cessna yang jatuh di daerah Gunung Ciremai, mengajarkan kita tentang pentingnya teknologi. Andai teknologi Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADBS) sudah ada pada saat itu, puluhan nyawa setidaknya masih ada harapan terselamatkan.
Seperti itulah yang ada di benak saya saat mengamati empat monitor berjajar di dalam ruangan kantor Fajar Group Graha Lembang Sembilan Jakarta. Monitor paling kanan menampilkan data pesawat, monitor kedua data penerbangan dua dimensi, monitor ketiga data penerbangan tiga dimensi, dan monitor keempat menggambarkan pergerakan cuaca. Itulah perangkat alat pendeteksi pesawat yang dimodifikasi sebelas anak muda yang tergabung dalam Tim PAS. Dari situ kelihatan begitu padatnya trafik penerbangan kita di udara. Perangkat itu disosialisasikan tim PAS di depan Komisaris Utama PT Media Fajar, HM Alwi Hamu, Direktur Eksekutif Institut Lembang Sembilan (L9), Rapsel Ali, serta beberapa relasi bisnis Fajar Group.
Idealnya, jumlah pegawai Air Traffic Control (ATC) di Bandara Soekarno Hatta harusnya 400 orang, namun yang ada sekarang hanya setengahnya, 200 orang. Padahal di langit Jakarta, ada banyak pesawat yang siap landing tapi ATC sangat terbatas. Makanya dua penerbangan biasanya ditangani hanya satu orang, sehingga sangat rentan mengakibatkan kecelakaan pesawat.
Selain itu AQO atau radar doppler, harusnya sudah diganti delapan tahun lalu, namun saat ini masih digunakan di Soekarno Hatta, juga di bandara-bandara lainnya di Indonesia. Malah, di Bandara Ahmad Yani Semarang, radar doppler sama sekali tidak ada. Pegawai ATC bandara setempat, mengetahui posisi pesawat hanya lewat radio komunikasi dengan pilot pesawat.
Saat ini, memang PT Angkasa Pura II sementara mengagendakan untuk membeli alat service movement reader dari luar negeri yang harganya Rp44 miliar. Namun, sistemnya hanya di-ground saja. Padahal ada alat yang dimodifikasi sebelas orang anak negeri, dengan harga yang sepersepuluh lebih rendah, dan selain ground juga bisa juga mencitrakan pesawat yang terbang di ketinggian 55 ribu feet.
Ketua tim PAS yang merakit alat tersebut, Surya Indra mengungkapkan, perangkat alat tersebut dinamakan Automatic Dependent Surveillance Broadcast Next Generation (ADSB NextGen). Indra memaparkan, kelemahan radar doppler yang dipakai sekarnag ini, memiliki resolusi terbatas, gambar mentah (raw video), hanya dapat menampilkan dua dimensi, sulit menampilkan tiga dimensi, juga sulit membedakan objek yang berdekatan.
“Juga hanya mendeteksi objek dari logam, dan jangkauan yang pendek hanya 50 Nautical Miles (NM). Dan lebih parah lagi, bisa salah membaca target karena adanya pancaran sinyal-sinyal palsu,” papar Indra.
Indra menambahkan, radar doppler biasanya membaca dua detik satu move. Sedangkan ADSB pergerakan bacaannya satu detik satu move dalam dua dimensi. Sedangkan dalam tiga dimensi, ADSB bisa menampilkan pergerakan pesawat lima detik satu move. Radar doppler sendiri saat ini tidak memiliki tampilan tiga dimensi.
Semua pesawat keluaran terbaru, diwajibkan memiliki transponder. Alat ini berfungsi, menerima sinyal dari satelit yang dipancarkan dari pesawat via GPS. Sistem ADSB juga mengirit bahan bakar, ketika pesawat berpedoman pada radar doppler, dia biasanya harus berputar-putar hingga kurang lebih satu jam dan menghabiskan bahan bakar sekitar 250 kiloliter. Dengan ADSB, pergerakan pesawat akan terarah dan bisa menghemat hingga bahan bakar yang setara dengan 100 unit mobil.
“Sekarang ini kita fokus ke Jakarta, dan ke depan, kita mau buat interkoneksi Jakarta, Makassar, Maluku, dan Papua,” beber Indra.
Dibanding radar doppler, ADSB ini memiliki daya pancar sinyal yang lebih luas. Selain bisa menangkap sinyal pesawat di ketinggian 55 ribu feet, ADSB juga bisa men-cover sinyal pesawat pada luasan 600 kilometer. Kapasitas penyimpanan data bisa 15 tahun karena memiliki kapasitas memori sekitar 10 terabyte. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar